BOGOR, channel-indonesia.com – Memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2 Mei 2021, Mahasiswa Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) meluncurkan buku antologi cerpen “Perempuan Terakhir” di TBM Lentera Pustaka Bogor (1/5/2021). Buku hasil kuliah menulis kreatif ini menegaskan peran perempuan sebagai basis spirit pendidikan. Karena perempuan adalah soko guru pendidikan paling penting, utamanya di lingkungan keluarga.
Antologi cerpen ini ingin membantah persepsi banyak orang. Bahwa perempuan sering kali diidentikkan sebagai makhluk yang mengedepankan emosi dan lemah. Padahal, tidak sedikit perempuan di era digital ini yang mampu bersikap dan hidup sangat rasional. Maka perempuan, jadi sosok yang tidak dapat disangkal dunia pendidikan. Dengan segala kompleksitas dan universalitas-nya, perempuan hakikatnya mampu menjadi “pintu terakhir” bagi anak-anak Indonesia. Untuk meniti masa depan yang beradab dan berpengetahuan yang etis. Antologi cerpen ini pun menegaskan bahwa kemewahan perempuan bukan pada parasnya. Tapi saat mampu bersikap untuk mendidik dan menjadi solusi dari keadaan sulit sekalipun.
Menurut Syarifudin Yunus, dosen pengampu Menulis Kreatif Unindra, buku ini menjadi cerminan sikap reflektif terhadap cara pandang banyak orang tentang perempuan. Ada 102 penulis cerpen dalam buku ini sebagai ekspresi tentang perempuan dalam konteks Pendidikan. Di samping bagian dari proses menulis kreatif yang dialami mahasiswa secara langsung, saat kuliah secara daring. Mahasiswa yang diajar untuk berproses menulis, lalu menerbitkannya secara profesional.
“Antologi ini adalah ekspresi mahasiswa terhadap perempuan. Perempuan itu tuang belajar segala hal. Kaum muda menyuarakan perempuan dalam cerita pendek. Di momen Hardiknas ini penting menempatkan perempuan sebagai soko guru. Karena itu peran penting perempuan harus diperkuat di era yang serba canggih dan serba digital. Agar tidak terpinggirkan. Karena perempuan adalah sosok terakhir yang bisa jadi pegangan” ujar Syarifudin Yunus dalam peluncuran hari ini di Bogor.
Cerita dalam antologi ini merupakan kisah fiksi yang reflektif dan motivatif sebagai pesan moral kepada pembaca. Cerpen yang disajikan dengan cara yang berbeda. Antologi cerpen “Perempuan Terakhir” pun jadi bukti bahwa kuliah menulis kreatif adalah perbuatan, bukan pelajaran. Karena belajar sastra harus dimulai dan berakhir dari yang tertulis.
”Selama kuliah, baru kali ini kami diajarkan bukan hanya kuliah tapi praktik menulis secara langsung hingga diterbitkan. Proses ini yang kami butuhkan selama kuliah. Terus terang kami apresiasi Pak Syarif atas ilmu yang diberikan kepada kami sehingga bisa meluncurkan buku antologi cerpen ini” ujar Fahmy, mahasiswa PBI Unindra.
Sebagai editor, Syarifudin Yunus menegaskan, di tengah maraknya perempuan yang labil atau gagal bersikap, antologi cerpen ini pun berpesan agar kaum perempuan tidak lagi mendewakan paras atau kecantikan yang bersifat fisik. Tapi lebih bertumpu pada sikap batiniah, memancarkan aura keindahan secara psikologis yang tercermin pada sikap, perilaku dan kelembutan hati. Antologi cerpen ini diharapkan dapat menjadi “obat” untuk mengembalikan rasa, pikir dan perilaku kaum perempuan untuk mengedepankan sikap daripada fisik atau material dalam hidupnya. (Arif)