JAKARTA – Kompetisi olahraga merupakan ajang bergengsi untuk negara pesertanya maka dari itu kemenangan dapat mengharumkan nama bangsa. Oleh karenanya, atlet berusaha keras dalam mempersiapkan diri hadapi kompetisi untuk bangsa dan negara. Tujuannya tak lain untuk mengharumkan nama bangsa dengan cara meraih kemenangan yang diikuti pengibaran bendera merah putih diiringi lagu Indonesia Raya. Namun demikian, masa depan atau masa pensiun atlet menjadi misteri.
Beberapa orang masih menganggap atlet kurang memiliki masa depan cerah. Hal tersebut karena masa kejayaannya yang bergantung pada usia dan minimnya pembinaan serta pendidikan diberikan kepada atlet. Tidak jarang beberapa atlet yang gemilang justru memiliki masa pensiun yang mengharukan.
Beberapa atlet yang memprihatinkan seperti Ramang, mantan pemain sepakbola Tim Nasional dan PSM Makassar. Demi menjalani hidup, ia bekerja sebagai kernet truk dan penarik becak di masa pensiunnya. Ramang yang tutup usia pada 1987 ini bahkan tidak memiliki rumah hingga wafat. Salah satu pemain bulu tangkis yang ikut mengharumkan nama Indonesia juarai Uber Cup pertama kalinya 1975 juga memprihatinkan.
Tati Soemirah pensiun dari bulu tangkis pada 1982 ini bahkan sempat menjual kendaraan roda dua yang dimilikinya berkat bulu tangkis untuk hidup. Pada cabang olahraga tinju, ada nama Rachman Kili-Kili yang pernah juara dunia Kelas Bulu yang diselenggarakan Federasi Tinju Internasional. Setelah pensiun, ia sulit dapatkan pekerjaan sehingga mengakhiri hidup dengan gantung diri. Dan ada juga beberapa nama atlet lainnya yang menghadapi kenyataan serupa.
Pada hari Sumpah Pemuda ke-91 yang bertepatan dengan 28 Oktober 2019, salah satu solusi masa depan atlet terpecahkan. Pendidikan tinggi menjadi salah satu solusi untuk para atlet menghadapi kehidupan di luar cabang olahraga mereka. Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Pusat bersama Universitas Al Azhar Indonesia menandatangani nota kesepakatan untuk pemberian beasiswa atlet nasional berprestasi. Penandatanganan dilakukan Ketua Umum KONI Pusat, Letjen TNI (Purn.) H. Marciano Norman dan Rektor Universitas Al Azhar Indonesia, Prof. Dr. Ir. H. Asep Saefuddin, Msc. Aula Serba Guna Gedung Universitas Al Azhar yang bertempat di Kebayoran Baru menjadi saksi bisu penandatanganan tersebut.
Harapan beasiswa tersebut tentunya untuk memberikan kesempatan atlet menempuh perguruan tinggi guna persiapkan masa pensiun. Selama menempuh studi di Al Azhar Indonesia, atlet dimudahkan dengan adanya sistem belajar online, dengan demikian atlet dapat tetap fokus berlatih dan datang ke kampus sesekali. Al Azhar Indonesia telah memiliki skema Blended Learning yang memadukan belajar offline di kampus dan online. Dengan demikian, mendapatkan beasiswa tidak menghalangi atlet tetap berlatih.
KONI Pusat menyambut baik beasiswa dari Universitas Al Azhar Indonesia kepada atlet nasional berprestasi. Pada tahap pertama, beasiswa diberikan untuk 50 atlet nasional berprestasi. Jurusan yang dapat ditempuh para atlet yakni Manajemen dan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi & Bisnis, dan jurusan Hukum. Perwakilan atlet penerima beasiswa yang hadir yakni Defia Rosmaniar, Juara Taekwondo Asian Games 2018 dan Abdul Rahman, Juara Taekwondo Universiade 2019 di Napoli, Italia dan penghargaan atlet junior berprestasi dari Menpora 2019.
Universitas lain diharapkan juga memberikan perhatian kepada atlet berprestasi. Ketua KONI Pusat sampaikan apresiasi atas program beasiswa untuk atlet nasional berprestasi dari Universitas Al Azhar Indonesia sebagai program pengabdian masyarakat. Marciano berharap kerja sama tersebut dapat berkelanjutan sebagai bentuk perhatian dari KONI Pusat dalam tingkatkan kesejahteraan para atlet nasional berprestasi.(tirto)