JAKARTA – Selain memiliki cuaca yang sangat ekstrim yaitu dalam waktu beberapa menit saja cuaca bisa berubah menjadi mendung hujan dan kembali lagi ke cerah serta cerah berawan. Kondisi inilah salah satu yang membuat tim evakuasi Heli M-17 kesulitan untuk mengudara menuju lokasi jatuhnya heli naas tersebut.
Selain itu, jatuhnya Heli M-17 yaitu di daratan tebing yang cukup curam dengan sudut kemiringan 90 derajat di daerah ketinggian dengan tinggi 12.500 feet. Dari hasil pantauan udara, walaupun terletak dipinggiran tebing namun lokasi jatuhnya berada di bagian datar tebing.
Belum lagi kondisi dataran sangatlah rawan mengingat areal tersebut sangat lembab dan ada kolam air berbentuk seperti danau yang mempunyai tanah berlumut, belum lagi sekitarnya terdapat bebatuan.
Kapenrem 172, May Chk Eka Yudha Kurniawan saat dikonfirmasi melalui pesan singkatnya oleh channel-indonesia.com tentang kelengkapan peralatan evakuasi korban, menjelaskan pihaknya juga telah mempersiapkan 12 kantung jenasah untuk membawa para korban, selian peralatan evakuasi lainnya.
” Kita sudah mempersiapkan 12 kantung jenasah untuk dibawa evakuasi, 12 sesuai jumlah korban,” kata Kapenrem 172/PWY, Rabu (12/2/2020)
Sebelumnya telah diberitakan, sebuah Helikopter jenis MI 17 milik TNI Angkatan Darat, dengan nomor resgistrasi HA-5138 dinyatakan hilang kontak sejak tanggal 28 Juni 2019. Heli itu dinyatakan hilang ketika terbang dari Oksibil menuju Jayapura setelah melaksanakan dropping logistik dan personil di pos TNI yang ada di Kabupaten Pegunungan Bintang. Helikopter naas itu mengangkut 7 orang crew Penerbang dan 5 orang prajurit Satgas Yonif 725/Woroagi. (Luska)